Pengertian Valuta Asing. Pertukaran valuta asing yaitu satu aktivitas memperdagangkan mata duit dari negara-negara yang tidak sama. Beragam mata duit itu mengambil wujud untuk duit didalam satu negara. Duit masing-masing negara mempunyai harga yang diukur oleh duit negara lain. Hal inilah yang dimaksud nilai ganti (exchange rate). Jika suatu hal barang diganti dengan barang lain, pasti di dalamnya ada perbandingan nilai ganti pada keduanya. Nilai ganti ini adalah harga didalam pertukaran itu.
Apa Itu Valuta Asing ? |
Seluruhnya transaksi valuta asing yang berjalan saat itu juga atau dengan cara segera, dimana ke-2 iris pihak setuju untuk sama-sama menukarkan simpanan bank mereka dan melakukan secepatnya dimaksud dengan kurs spot, sedang kesepakatannya dimaksud transaksi spot. Arti saat itu juga atau spot ini lazimnya baru dikerjakan hingga dua hari sesudah tercapainya perjanjian. Kelambatan ini berlangsung lantaran umumnya transaksi bank butuh saat dua hari manfaat melakukan instrumen pembayaran (umpamanya berbentuk teliti).
Sebagian perjanjian valuta asing dengan cara spesial mengambil keputusan satu tanggal nilai plus dari dua hari, dapat 30 hari, 90 hari, 180 hari, atau juga satu tahun lebih. Kurs sebagai basic transaksi sejenis ini dimaksud kurs berjangka (forward exchange rates). Karena transaksi ini dikerjakan di pasar berjangka, yakni pasar dimana transaksi jual beli berlangsung dengan harga yang di setujui pada waktu transaksi dikerjakan, namun penyerahan barang dikerjakan masa datang.
Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional :
a). Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan sistem “clearing”. Pasar valuta asing memberikan jasa kliring bagi para pengusaha atau individu. Para turis biasanya menemukan pasar ini di banyak bandar udara., di mana tempat penukaran mata uang asing yang dilengkapi dengan papan petunjuk tingkat nilai tukar yang sedang berlaku.
b). Memungkinkan dilakukannya “hedging”. Seorang pedagang melakukan hedging apabila ia pada saat yang sama melalukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. Hedging dapat dilakukan di pasar berjangka (forward market). Sebagai contoh : seorang importir dari Indonesia membeli mobil dari USA seharga US$7,000 dengan pembayaran 4 bulan yang akan datang. Kurs pada saat itu, misalnya US$ 1 = Rp.9.000, sehingga harga mobil tersebut dalam mata uang rupiah adalah Rp.63.000.000. Apabila kurs berubah menjadi US$ 1 = Rp.9.300, maka harga mobil menjadi Rp.65.100.000, dengan demikian importir harus membayar lebih banyak. Untuk menghindari kerugian karena harga mobil yang meningkat, maka importir dapat melakukan hedging di pasar berjangka. Caranya, importir menghubungi bank di Indonesia untuk membeli mobil seharga US$7,000 dengan penyerahan 4 bulan yang akan datang dengan kurs yang disetujui saat itu US$ 1 = Rp.9,000. Kurs tersebut disebut kurs berjangka (forward exchange rate). Perbedaan kurs berjangka dengan kurs spot menggambarkan adanya perbedaan tingkat bunga di Indonesia dan USA.
Selanjutnya bank di Indonesia yang dihubungi importir akan berusaha membeli US$ pada pasar spot dan kemudian menyimpannya selama 4 bulan di USA. Atas tindakan bank tersebut, ia (bank di Indonesia) akan memperoleh bunga dari bank di USA. Apabila tingkat bunga di USA lebih rendah dari pada di Indonesia, importir harus membayar perbedaannya. Sebaliknya, apabila tingkat bunga di USA lebih tinggi, maka perbedaannya oleh bank tersebut diberikan kepada importir. Misalnya, importir memerlukan US$7,000 untuk 4 bulan dengan kurs spot US$ 1 = Rp.9.000. Jika tingkat bunga simpanan di USA 4% dan di Indonesia 5%, maka bank di Indonesia yang menjual US$7,000 forward kepada importir akan meminta Rp.63.000.000 (kurs spot) ditambah dengan 1% kerugian tingkat bunga karena uang dollar disimpan di USA. Total harga US$7,000 adalah Rp.63.000.000 + Rp.630.000 = Rp.63.630.000. Kurs forwardnya menjadi US$ 1 = 63.630.000/7.000 = Rp.9.090, yakni 1% discount terhadap kurs spot (US$ = Rp.9.300).
Sebaliknya, apabila tingkat bunga di USA 4% dan di Indonesia 3%, maka harga total US$7,000 forward akan menjadi = Rp.63.000.000 – Rp.630.000 = Rp.62.370.000. Kurs forwardnya menjadi US$ 1 = 62.370.000/7.000 = Rp.8.910, yakni 1% premium terhadap kurs spot ( US$ 1 = Rp.9.300).
c). Dapat melakukan arbitrage. Ratio antara kurs forward dengan kurs spot menggambarkan perbedaan dalam tingkat bunga. Apabila terdapat perbedaan, tindakan arbitrage (tindakan menjual/membeli valuta asing di negara yang kursnya tinggi/rendah untuk memperoleh keuntungan karena perbedaan kurs di kedua negara akan menghilangkan perbedaan tersebut. Tindakan arbitrage akan cenderung menyamakan kurs valuta asing di berbagai negara. Tindakan arbitrage akan berhenti apabila keuntungan yang diperoleh karena adanya perbedaan tingkat bunga diimbangi dengan kerugian yang sama dari pasar valuta asing jangka (forward market). Hal ini biasa disebur dengan “interest parity”.
Sistem Kurs Valuta Asing
1. Sistem Kurs yang Berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran ke luar negeri (impor). Jadi permintaan valuta asing bersumber dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional. Penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari pada transaksi autonomous debet (surplus neraca pembayaran). Transaksi autonomous kredit dan debet dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar kemungkinan untuk mengimpor, sehingga makin besar pula permintaan terhadap valuta asing yang mengakibatkan naiknya kurs mata uang asing (mata uang domestik turun). Begitu pula dengan kenaikan harga (inflasi) akan menyebabkan impor naik yang mengakibatkan naiknya kurs mata uang asing. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri, sehingga kurs valuta asing akan turun (mata uang domestik naik).
Berdasarkan uraian di atas, maka semua kebijakan pemerintah baik fiskal maupun moneter yang berkaitan dengan pendapatan, harga, dan tingkat bunga secara tidak langsung akan mempengaruhi kurs. Di samping faktor-faktor ekonomi tersebut di atas, faktor-faktor non ekonomi dapat pula mempengaruhi kurs, seperti faktor politik dan psykologis. Misalnya, kepanikan yang terjadi di dalam negeri akan menyebabkan larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs valuta asing akan naik.
Sistem Kurs Stabil
Pada dasarnya kurs stabil dapat timbul secara :
a) Aktif : yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stablization funds).
b) Pasif : yakni di dalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.
Kebijakan Devisa di Indonesia
Pada umumnya sistem devisa dapat dibagi dua, yaitu sistem devisa kontrol dan sistem devisa bebas. Dalam sistem devisa kontrol, kegiatan transaksi devisa dibatasi oleh pemerintah. derajat tingkat pembatasan berbeda-beda pada masing-negara tergantung pada ultimate target dari kebijakan tersebut. Sementara pada sistem devisa bebas tidak ada pembatasan dalam melalukan transaksi devisa.
Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Sejak tahun 1970 sistem nilai tukar di Indonesia dalam perkembangannya sudah menganut tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan terakhir sistem nilai tukar mengambang bebas.