Doa Iftitah Muhammadiyah

Doa Iftitah Muhammadiyah

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam buka bacaan beliau dalam shalat dengan mengatakan doa-doa yang banyak lagi bermacam. Di dalamnya beliau memberikan pujian pada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, memuliakan-Nya serta menyanjung-Nya. Doa-doa inilah yang diistilahkan dengan doa iftitah muhammadiyah. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda pada Rifa’ah ibn Rafi’ z, sahabatnya yang salah dalam shalatnya (al-musi’u shalatuhu) :

إِنَّهُ لاَ تَتِمُّ صَلاَةٌ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ فَيَضَعَ الْوُضُوْءَ –يَعْنِي مَوْضِعَهُ- ثُمَّ يُكَبِّرَ، وَيَحْمَدَ اللهَ l،وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ، وَيَقْرَأَ بمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ …

“Sesungguhnya tak prima shalat seorang dari manusia sampai ia berwudhu lalu letakkan wudhunya pada tempat-tempatnya, lalu ia bertakbir, memberikan pujian pada Allah Subhaanahu wa Ta’ala serta menyanjung-Nya dan membaca apa yang gampang baginya dari Al-Qur’an…” (HR. Abu Dawud no. 857, dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

Doa iftitah muhammadiyah ini di baca dengan sirr (tak dikeraskan), serta pendapat yang rajih (kuat) hukumnya mustahab (sunnah) seperti pendapat jumhur ulama dari kelompok teman dekat, tabi’in, serta beberapa orang sesudah mereka. Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Tidak di ketahui ada yang menyelisihi pendapat ini, terkecuali Al-Imam Malik Rahimahullah. Beliau berkata, ‘Tidak di baca doa istiftah ini serta tak ada sekalipun bacaan apa pun pada Al-Fatihah serta takbir. Yang semestinya ia katakan yaitu bertakbir : Allahu Akbar, lalu membaca Alhamdulillahi Rabbil Alamin hingga akhir dari surah Al-Fatihah. ” (Al-Majmu’, 3/278)

Al-Imam Al-Albani Rahimahullah berkata, “Pendapat Al-Imam Malik Rahimahullah ini berikan konsekwensi batalnya tiga sunnah :

Pertama : doa istiftah

Ke-2 : isti’adzah ( mengatakan A’udzubillah… dst, memohon perlindungan dari masalah setan)

Ketiga : basmalah

Walau sebenarnya ini adalah sunnah yang pasti lagi mutawatir dari Nabi n. Yang terlihat, sunnah-sunnah ini tak hingga pada Al-Imam Malik Rahimahullah. maupun hingga pada beliau walau demikian beliau tak mengambilnya lantaran satu karena menurut beliau. ” (Ashlu Shifati Shalatin Nabi n, 1/239-240)

Seperti sudah disinggung diatas, doa-doa iftitah itu banyak serta bermacam. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sendiri mengganti-ganti bacaan doa istiftahnya. Kadang-kadang membaca doa yang ini, di kali lain membaca doa yang itu dan sebagainya. Saat shalat fardhu beliau membaca yang satu serta saat shalat nafilah/sunnah beliau membaca yang lain.

Fadhilatusy Syaikh Al-Imam Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah berkata, “Sepantasnya untuk seorang beristiftah sekali saat dengan (doa istiftah) yang ini serta di lain waktu dengan (doa istiftah) yang itu, supaya ia menunaikan sunnah-sunnah semuanya. Lewat cara seperti itu, bermakna ia juga menghidupkan sunnah dan lebih mendatangkan hati. Kenapa? Lantaran apabila seorang cuma membaca satu jenis doa istiftah dengan cara terus-menerus (tak menggantinya dengan doa yang lain), pasti hal semacam itu bakal jadi rutinitas baginya. Hingga waktu ia bertakbiratul ihram dalam situasi hatinya lupa (tak perhatian dengan amalan shalatnya) sesaat sudah jadi kebiasaannya beristiftah dengan “Subhanaka allahumma wa bihamdik…”, maka ia bakal temui dianya tiada sadar mulai membaca doa istiftah itu. ” (Asy-Syarhul Mumti’, 3/48)